MAKALAH PROBLEM FILSAFAT ILMU│ FhawZhand
PROBLEM FILSAFAT ILMU
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat
ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat ilmu pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu(Suriasumantri.2003:33).
Filsafat ilmu ini sangat penting untuk dipelajari karena dengan begitu
kita akan dapat mempelajari ilmu tersebut secara lebih mendasar. Dalam
filsafat ilmu nantinya akan dikenal beberapa pertanyaan mendasar yang
digunakan untuk mengkaji berbagai ilmu pengetahuan. Dengan demikian
seseorang akan mampu mengenali ciri-ciri ilmu yang ia pelajari dan mampu
memanfaatkannya secara maksimal.
Dalam
perjalanan mempelajari suatu ilmu, termasuk filsafat ilmu akan ada
masalah-masalah tertentu yang nantinya akan dibahas . Masalah-masalah
yang muncul dalam filsafat ilmu telah dibahas oleh beberapa tokoh,
diantaranya; (1) A. Cornelius Benjamin, (2) Michael Bery, (3) B. Van
Fraassen dan H. Margenau, (4) David Hull, (5) David Victor Lezen, (6)
J.J.C. Smart, (7) Joseph Sneed, (8) Fredric Suppe, (9) D. W Theobald, (10) W. H. Walsh, (11) Walter Weimer, (12) Philip Wiener.
Dengan
demikian pembahasan mengenai problem–problem dalam filsafat ilmu ini
akan membantu kita dalam memahami problem dalam filsafat ilmu yang akan
kita pelajari. Serta akan menunjukan wawasan tentang problem-problem
filsafat ilmu itu sendiri.
1.2 Batasan Masalah
Pada makalah ini masalah dibatasi pada pembahasan tentang problem-problem filsafat ilmu menurut beberapa ahli tersebut di bawah.
1.3 Rumusan Masalah
Bertitik tolak pada subbab sebelumnya, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut A. Cornelius Benjamin?
2. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut Michael Bery?
3. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau?
4. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut David Hull?
5. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut David Victor Lezen?
6. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut J.J.C. Smart?
7. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut Joseph Sneed?
8. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut Fredric Suppe?
9. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut D.W Theobald?
10. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut W.H Walsh?
11. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut Walter Weimer?
12. Bagaimana problem filsafat ilmu menurut Philip Wiener?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan problem filsafat menurut A. Cornelius Benjamin
2. Menjelaskan problem filsafat menurut Michael Bery
3. Menjelaskan problem filsafat menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau
4. Menjelaskan problem filsafat menurut David Hull
5. Menjelaskan problem filsafat menurut David Victor Lezen
6. Menjelaskan problem filsafat menurut J.J.C. Smart
7. Menjelaskan problem filsafat menurut Joseph Sneed
8. Menjelaskan problem filsafat menurut Fredric Suppe
9. Menjelaskan problem filsafat menurut D. W Theobald
10. Menjelaskan problem filsafat menurut W. H. Walsh
11. Menjelaskan problem filsafat menurut Walter Weimer
12. Menjelaskan problem filsafat menurut Philip Wiener
1.5 Manfaat
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
Manfaat yang didapat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
13. Penulis lebih memahami problem-problem yang terdapat dalam filsafat ilmu.
14. Pembaca lebih memahami problem-problem yang terdapat dalam filsafat ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Problem Menurut A. Cornelius Benjamin
Benjamin menggolongkan permasalahn filsafat ilmu menjadi tiga hal, yaitu:
a. The first includes all problrms related directly or indirectly to a consideration of the method of science.
(bidang
pertama meliputi semua persoalan yang bertalian secara langsung atau
tak langsung dengan suatu pertimbangan mengenanai metode ilmu.)
Menurut
Benjamin kalau pebedaan antara ilmu-ilmu rasional (matematika ,
mekanika rasional ) dengan ilmu-ilmu empiris ( fisika , kimia , biologi
, psikologi , sosiologi ) adalah betul , maka sekurang-kurangnya
terdapat dua metode ilmu . salah satu tugas filsafat ilmu adalah
memeriksa secara kritis dwipembagian itu dan menetapkan makna yang
tepat bagi berlakunya perbedaan tersebut .
b. Problem
in the second area of the philosophy of sciences are somewhat less well
defined than problems of method . in a sense , many of these are also
problems of methods. But the reference is more directly to subject –
matter than to procedure , so that they involve what are commonly
called metaphysical considerations in a way in which the former do not .
they have to do with the analysis of the basic concept and
presuppositions of the sciences .
(
persoalan – persoalan dalam bidang kedua dari filsafat ilmu agak kurang
terumuskan baik daripada problem-probelm tentang metode . dalam suatu
makna , banyak darinyamerupakan pula persoalan-persoalan metode . tetapi
penunjukannya secara langsung lebih kepada pokok
soal daripada kepada prosedur sehingga p-ersoalan-persoalan itu
menyangkut apa yang biasanya di sebut pertimbangan-pertimbangan metafisi
dalam suatu cara yang bidang terdahulu tidak menyangkutnya . ini
bertalian dengan analisis terhadap konsep-konsep dasar dan
praanggapan-praangaapan dari ilmu-ilmu .)
Benjamin
memberikan contoh konsep-konsep seperti kekuatan materi , bilangan ,
urutan , kuantitas , waktu , infinitas , pengungkit sempurna , geraak
tanpa gesekan , manusia ekonomi dan negara ideal . dalam hal ini
problemnya ialah menunjukan secara cermat apa yang di maksud secara
empiris oleh setiap konsep , apa artinya sebagai suatu konsep yang
berlaku dalam ilmu , dan melalui langkah-langkah operasi apa artinya
yang belakangan dapat di turunkan atau diuji oleh yang terdahulu .
c. The
third area of the philosophy of the sciences consist , as was indicated
above , of a miscellaneous group of probloems , which are not
susceptible of any systematic classification .they may all be roughly
described as concerned with the implications which science has , either
in its contents or in its method , for the other aspect of our lives .
(
bidang ketiga dari filsafat ilmu , sebagaimana telah di tunjukkan di
atas , terdiri fdari aneka ragam kelompok persoalan yang tak mudah
terpengaruh oleh sesuatu penggolongan sistematis . kesemua itu dapat
secara kasar dilukiskan sebagai bersangkut paut dengan
implikasi-implikasi yang di punyai ilmu dalam isi maupun metodenya bagi
aspek-aspek lain dari kehidupan kita . )
Benjamin memerinci aneka ragam problem itu dalam tiga bagian : pertama persoalan
yang mengenai hubungan-hubungtan teoritis antara ilmu yang satu dengan
yang lain dan antara ilmu-ilmu dengtan usaha-usaha manusia yang lain
untuk memahami , menilai dan mengendalikan dunia ; kedua persoalan
yang bersangkut paut dengan implikasi-implikasi teoritis dari
kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah
pertimbangan-pertimbangan kita dari bidang-bidang lain dari
pengalaman-pengalaman kita ; ketiga persoalan yang bertalian
dengan efek-efek praktis , yakni efek-efek dari penemuan-penemuan ilmiah
terhadap misalnya bentuk pemerintahan , cara hidup ,kesehatan dan rasa
senang .
2.2 Problem Menurut Michael Berry
a.
Bagaimanakah kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misalnya
suatu’ciri’ dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton)
bertalian dengan peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di uar pikiran
kita?
Menurut
kami kuantitas dan rumusan teori ilmiah dapat berkaitan dengan
peristiwa alamiah di luar pikiran kita, sebab filsafat memberikan
kepuasan kepada keinginan manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan
tertib, akan kebenarannya. Dan pegetahuan itu awalnya ditemukan di luar
akal dan pikiran kita, lalu dengan seiring berjalannya waktu, rancangan
itu dapat kita buktikan dengan akal pikiran kita sesuai dengan fakta
fakta yang ada. Tinggal kita yang menafsirkan ke dalam hal positif atau negatifnya.
b. Bagaimanakah dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’ berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
Kebenaran
dalam arti yang sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya, itulah tujuan
tertinggi dan satu-satunya, bagi manusia, berfilsafat itu berarti
mengatur hidupnya seinsaf-insafnya, senetral-netralnya dengan perasaan
tanggung jawab, yakni tanggung jawab terhadap dasar hidup yang
sedalam-dalamnya, baik Tuhan, alam ataupun kebenaran. Kita dapat
mengamati juga dengan akal pikiran kita bahwa analisa atau rancangan
teori tersebut masuk akal atau tidak. Jika dalam teori bisa di terima
dengan akal, maka teori tersebut dapat kita nyatakan benar dengan
pengetahuan.
2.3 Problem menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut kedua ahli ini problem-problem utama dalam filsafat ilmu setelah tahun-tahun 60-an ialah:
a. Metodologi
Hal-hal
menonjol yang banyak diperbincangkan ialah mengenai sifat dasar dari
penjelasan ilmiah (scientific explanation), logika penemuan (logic of
discovery), teori probabilitas (probability theory), dan teori
pengukuran (theory of measurement).
b. Landasan ilmu-ilmu
Ilmu-ilmu
empiris hendaknya melakukan penelitian-penelitian mengenai landasannya
dan mencapai sukses seperti halnya landasan matematik
c. Ontologi
Persoalan
utama yang diperbincangkan ialah menyangkut konsep-konsep substansi,
proses, waktu, ruang, kausalitas, berhubungan budi dan materi, serta
status dari etitas-etitas teoritis.
Menurut
filsuf ini tiga hal mendasar yang menjadi problem utama dalam filsafat
ilmu adalah metodologi, landasan ilmu, dan ontologi.
Metodologi sendiri akan menjelaskan tentang berbagai teori yang
difungsikan untuk memberi arahan pada proses penelitian. Untuk landasan
ilmu sendiri lebih mendasarkan pada pentingnya pengujian landasan ilmu
yang akan dipakai sebagai acuan dalam berbagai penelitian. Untuk bagian
ontology, beliau mementingkan membahas mengenai konsep, substansi,
proses, waktu, ruang, kausalitas, budi dan materi, serta status dari
etitas teoritis.
2.4 Problem menurut David Hull
Filsuf biologi ini mengemukakan persoalan yang berikut:
“The overriding question that pervades these latter volumes (The
Foundations of Philosophy Series) is whether the traditional divisions
of the empirical sciences into separate disciplines like geology,
astronomy, and sociology reflect only differences in subject matter or
result from basic differences in methodology. In short, is there a
single philosophy of science, that is equally applicable to all areas of
natural science, or are there several philosophies of science, each
appropriate in its own domain?”
(Persoalan
menyampingkan yang meliputi jilid-jilid belakangan ini (seri Foundation
of Philosophy) ialah apakah pembagian tradisional dari ilmu-ilmu
empiris dalam cabang-cabang pengetahuan yang terpisah seperti geologi,
astronomi, dan sosiologi mencerminkan semata-mata perbedaan dalam pokok
soal ataukah hasil dari yang berlaku merata pada semua perbedaan pokok
dalam metodologi. Secara singkat, adakah suatu filsafat ilmu tunggal
yang berlaku merata pada semua bidang ilmu kealaman, atau adakah
beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok dalam ruang lingkupnya
sendiri?.
2.5 Problem Menurut Victor Lenzen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
Menurut
Victor Lezen dua problem yang penting dibahas dalam filsafat ilmu
adalah struktur ilmu dan kegunaan ilmu dalam praktek dan pengetahuan.
Mengetahui struktur suatu ilmu akan mempermudah kita dalam memahaminya,
selain itu jika kita mengetahui strukturnya kita akan tahu kemana arah
perkembangan ilmu ini. Selanjutnya adalah ilmu dalam praktek dan
pengetahuan. Dalam melaksanakan praktek segala sesuatunya harus
didasarkan pada ilmu, tanpa ilmu hal yang kita praktekan kemungkinan
tidak akan berhasil karena tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
2.6 Dari J. J. C. Smart
Filsuf
ini mengumpamakan kalau seorang awam bukan filsuf membuka-buka beberapa
nomor dari majalah Amerika Serikat berjudul Philosophy of Science dan
majalah Inggris The British Journal of the Philosophy of Science, maka
akan dijumpainya dua jenis persoalan:
a. Pertanyaan-pertanyaan
tentang ilmu, misalnya pola-pola perbincangan ilmiah, langkah-langkah
pengujian teori ilmiah, sifat dasar dari dalil dan teori, dan cara-cara
merumuskan konsep ilmiah.
b. Perbincangan
filsafati yang mempergunakan ilmu, misalnya bahwa hasil-hasil
penyelidikan ilmiah akan menolong para filsuf menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang manusia dan alam semesta.
Menurut
J. J. C. Smart perbincangan dalam problem filsafat ilmu ditekankan pada
dua. Hal pertama yaitu pertanyaan tentang ilmu yang kemudian akan
membantu dalam merumuskan konsep-konsep ilmiah. Dengan merumuskan sebuah
konsep ilmiah mak suatu teori yang menjadi salah satu dasar suatu ilmu
akan teruji kebenaranya. Hal kedua adalah perbincanagn filsafati yang
mempergunakan ilmu akan membantu para filsuf menjawab pertanyaan tentang
semesta dan manusia. Mengapa demikian? Menurut kami perbincangan
filsfati yang dimaksudkan disini adalah suatu penyelidikan atau
penelitian, sehingga hasil dari perbincanag yang dilakukan tersebut
berupa sebuah hasil penyelidikan yang teruji untuk dapat menjawab
mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang semesta dan manusia.
2.7 Problem Menurut Joseph Sneed
Menurut
pendapat filsuf ini, pembedaan dalam jenis problem-problem filsafat
ilmu khusus (misalnya, variable tersembunyi, determinisme dalam mekanika
quantum) dan jenis problem-problem filsafat ilmu seumumnya(misalnya
cirri-ciri teori ilmiah) yang telah umum diterima adalah menyesatkan.
Hal itu dinyatakan demikian:
“ I suggest that this ‘duality’ an ong problems in the philosophy of
science is misleading. I maintain that philosophical problem about the
nature of science-in-general are not, in any fundamental way, different
from philosophical problems related only to particular sciences. In
particular, there is no special sense in which the philosophy of
particular sciences is not”
Saya
menyarankan bahwa dualitas diantara problem-problem filsafat ilmu ini
adalah `menyesatkan. Saya berpendapat bahwa problem-problem filsafat
tentang sifat dasar ilmu seumumnya tidaklah, dalam suatu cara yang
mendasar, berbeda dengan problem-problem
filsafati yang bertalian semata-mata dengan ilmu-ilmu khusus. Secara
khusus, tidaklah ada makna khusus bahwa filsafat ilmu seumumnya
merupakan suatu usaha normatif, sedang filsafat ilmu-ilmu khusus tidak).
2.8 Problem Menurut Frederick Suppe
Menurut
filsuf ini, problem yang paling pokok atau penting dalam filsafat ilmu
ialah sifat dasar atau struktur teori ilmiah ( the nature or structure
of scientific theories). Alasannya ialah karena teori merupakan roda
dari pengetahuan ilmiah dan terlibat dalam hampir semua segi usaha
ilmiah. Tanpa teori, tidak akan ada problem-problem mengenai entitas
teoritis, istilah teoritis, pembuktian kebenaran, dan kepentingan
kognitif. Tanpa teori yang perlu diuji atau diterapkan, rancangan
percobaan tidak ada artinya. Oleh karena itu, hanyalah agak sedikit
melebih-lebihkan bilamana dinyatakan bahwa filsafat ilmu adalah suatu
analisis mengenai teori dan peranannya dalam usaha ilmiah.
Dijelaskan
bahwa Frederick Suppe sangat mementingkan struktur teori ilmiah.
Menurut beliau teori ilmiah adalah sebuah dasar dari ilmu, tanpa adanya
teori tidak diperlukan lagi percobaan untuk membuktikan kebenaran suatu
teori. Jadi pada dasarnya teori merupakan hal dasar dalam sebuah ilmu
pengetahuan.
2.9 Problem Menurut D. W. Theobald
Menurut filsuf ini , dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori problem, yaitu :
a. Problem-problem
metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan
hubungan-hubungan diantara mereka ( the structure of scientific
statemens and the relations between them) . misalnya analisis
probabilitas , peranan kesederhanaan dalam ilmu , realitas dari
entitasteoretis , dalil ilmiah , sifat dasar penjelasan ,dan hubungan
antara penjelasan dan peramalan .
b. Problem-problem
tentang ilmu yang menyelidiki artidan implikasi dari konsep-konsep yang
di pakai para ilmuwan .misalnya kausalitas , waktu , ruang dan alam
semesta .
2.10 Problem Menurut W. H. Walsh
Filsuf
sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup sekelompok problem
yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan
persyaratan dari pengetahuan ilmiah .
2.11 Problem Menurut Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut :
a. The
quest for a theory of rational inference ( pencarian terhadap suatu
teori penyimpulan rasional ) ini berkisar pada penyimpulan induktif ,
sifat dasarnya dan pembenaranya .
b. The
theory and criteria of scientific growth or progress ( teori dan
ukuran bagi pertumbuhan atau kemajuan ilmiah ) . ini berkisar pada
pertumbuhan pengetahuan ilmiah , pencirian dan penjelasannya .misalnya
dalam melihat bahwa teori einstein lebih unggul daripada teori
sebelumnya, apakah ukuranya ?
c. The
quest for a theory of pragmatic action ( pencarian dalam suatu teori
tindakan pragmatis ) dalm menentukan suatu teori dalam suatu teori-teori
yang salah , bagaimanakah cara untuk mengetahui secara pasti teori yang
terkecil kesalahnya?
d. The problem of intellectual honesty ( problem mengenai kejujuran intellectual ) ini menyangkut usaha mencocokkan perilaku senyatanya dari para ilmuwan dengan teori yang mereka anut setia
2.12 Problem Menurut Philip Wiener
Menurut Philip Wiener para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut:
a. Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b. Saling hubungan di antara ilmu-ilmu.
c. Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni, dan agama.
Dapat
dikatakan bahwa secara umum Philip Weiner memfokuskan pembahasan
problem-problem filsafat ilmu pada struktur ilmu itu sendiri dan juga
pada keterkaitan ilmu yang satu dengan yang lainnya. Dengan mengetahui
struktur ilmu yang dipelajari, hal ini akan sangat membantu seseorang
dalam mempelajari ilmunya. Selain itu jika kita mengetahui hubungan
suatu ilmu dengan ilmu lainnya, akan dapat dibuat perpaduan yang serasi
antara kedua ilmu yang memiliki keterkaitan hubungan tersebut. Hal ini
mungkin akan berguna untuk menciptakan suatu disiplin ilmu baru.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa didapat dari pembahasan problem-problem dalam filsafat ilmu adalah sebagai berikut.
1. Problem Menurut A. Cornelius Benjamin
Benjamin merinci aneka ragam problem filsafat ilmu dalam tiga bagian: pertama persoalan yang mengenai hubungan-hubungtan teoritis antarilmu dan antara ilmu dengan usaha manusia yang lain untuk memahami , menilai dan mengendalikan dunia ; kedua persoalan
yang bersangkut paut dengan implikasi-implikasi teoritis dari
kebenaran-kebenaran tertentu dalam ilmu sejauh ini mengubah
pertimbangan-pertimbangan kita dari bidang-bidang lain dari
pengalaman-pengalaman kita ; ketiga persoalan yang bertalian dengan efek-efek praktis.
2. Problem Menurut Michael Bery
a. Bagaimanakah
kuantitas dan rumusan dalam teori-teori ilmiah (misalnya suatu’ciri’
dalam genetika atau momentum dalam mekanika Newton) bertalian dengan
peristiwa-peristiwa dalam dunia alamiah di uar pikiran kita?
b. Bagaimanakah
dapat dikatakan bahwa teori atau dalil ilmiah adalah ‘benar’
berdasarkan induksi dari sejumlah percobaan yang terbatas?
3. Problem Menurut B. Van Fraassen dan H. Margenau
Menurut
para filsuf ini tiga hal mendasar yang menjadi problem utama dalam
filsafat ilmu adalah metodologi, landasan ilmu, dan ontologi.
4. Problem Menurut David Hull
Menurut
David Hull problem dalam filsafat ilmu secara singkat adalah, adakah
suatu filsafat ilmu tunggal yang berlaku merata pada semua bidang ilmu
kealaman, atau adakah beberapa filsafat ilmu yang masing-masing cocok
dalam ruang lingkupnya sendiri?
5. Problem Menurut David Victor Lezen
Filsuf ini mengajukan dua problem:
a. Struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk pengetahuan ilmiah.
b. Pentingnya ilmu bagi praktek dan pengetahuan tentang realitas.
6. Problem Menurut J.J.C. Smart
Menurut
J.J.C Smart problem dalam filsafat ilmu ditekankan dalam dua hal, yaitu
pertanyaan tentang ilmu dan perbincangan filsafat yang menggunakan
ilmu.
7. Problem Menurut Joseph Sneed
Menurut
Joseph Sneed, pembedaan dalam jenis proble dalam filsafat ilmu khusus
dan jenis problem dalam filsafat ilmu seumumnya yang telah umum diterima
adalah menyesatkan.
8. Problem Menurut Fredric Suppe
Menurut Fredric Suppe, problem yang paling pokok dalam filsafat ilmu adalah sifat dasar atau struktur teori ilmiah.
9. Problem Menurut D. W Theobald
Menurut filsuf ini , dalam filsafat ilmu terdapat dua kategori problem, yaitu :
a. Problem-problem metodologis yang menyangkut struktur pernyataan ilmiah dan hubungan-hubungan diantara mereka.
b. Problem-problem tentang ilmu yang menyelidiki artidan implikasi dari konsep-konsep yang di pakai para ilmuwan.
10. Problem Menurut W. H. Walsh
Filsuf
sejarah ini menyatakan bahwa filsafat ilmu mencakup sekelompok problem
yang timbul dari metode dan praanggapan dari ilmu serta sifat dasar dan
persyaratan dari pengetahuan ilmiah .
11. Problem Menurut Walter Weimer
Ahli ini mengemukakan empat problem yang berikut :
a. The quest for a theory of rational inference
b. The theory and criteria of scientific growth or progress
c. The quest for a theory of pragmatic action
d. The problem of intellectual honesty
12. Problem Menurut Philip Wiener
Menurut Philip Wiener para filsuf ilmu dewasa ini membahas problem-problem yang menyangkut:
a. Struktur logis atau ciri-ciri metodologis umum dari ilmu-ilmu.
b. Saling hubungan di antara ilmu-ilmu.
c. Hubungan ilmu-ilmu yang sedang tumbuh dengan tahap-tahap lainnya dari peradaban, yaitu kesusilaan, politik, seni, dan agama.
3.2 Saran
Kami menyarankan pada pembaca untuk lebih teliti dalam membaca materi
mengenai problem-problem filsafat ilmu. Dikarenakan materi ini merupakan
salah satu materi yang akan dibahas lebih lanjut dalam filsafat ilmu.
Selain itu, disarankan kepada para pembaca untuk mencari sebanyak
mungkin referensi yang mendukung materi ini agar dapat memahami materi
ini lebih baik.
0 komentar:
Posting Komentar